Saturday, April 16, 2016

Bonjour Paris!

Dear Traveling Diary,

This time, continuing from last #superlatepost of Europe trip, after London we visited Paris. Bonjour Paris!!


Ready..Go!! St. Pancras - Gare Du Nord
Waktu itu, kami ke Paris via London, naik kereta cepat Eurostar. Berangkat dari stasiun kereta international di London, St. Pancras. Kebetulan kami datang lebih awal dari jadwal keberangkatan, supaya kalau kami masih belum paham segala macamnya, masih punya cukup waktu untuk cari tahu. Kami titipkan koper di tempat penitipan (di bandara atau stasiun di Indonesia rasanya belum ada ya. Business opportunity sebenarnya). Setelah itu kami jalan-jalan orientasi dimana gate-nya, ada tempat makan apa saja dan ada toko untuk belanja oleh2 dimana hehehehehe (tetep). Stasiun nya comfy, modern, kaya bandara tapi retro kuno ala kereta api gitu gimana ya ngejelasinnya, susah deh. Pokoknya keren.


Cafe inside St. Pancras

The Red St. Pancras International Train Station



Saat tiba waktunya check in, kita masuk lewat gate check in, cek tiket spt biasa, cek passport (we are leaving UK to France), dan kita sampai di ruang tunggu untuk board into the train. Begitu kereta datang, kita langsung naik and off we go! Kereta Eurostar menuju ke Paris melewati terowongan bawah laut. Tapi ya karena lewat bawah laut, ya tidak terlalu ada pemandangan yang bisa dinikmati alias terowongan gelap hehehe. 

Perjalanan singkat around 2 hours, sampailah kita di stasiun Gare du nord paris. Atas rekomendasi para blogger travel yang kita baca, kita langsung antri taksi di tempat resmi di depan stasiun Gare du nord. Walaupun panjang tapi aman dan terpercaya, karena kalau ambil yang menawarkan diluar antrian resmi, biasanya bukan taksi resmi dan kurang aman. Naik taksi disana ternyata, ada charge sendiri lho buat koper, ga mahal sih, but its interesting. Kita sampai dengan kereta terakhir jadinya udah malem banget, begitu dapat taksi, langsung menuju Hotel dan istirahat.


Day #1 around city of Paris
The next morning, after a good night sleep, we are ready to explore the city. First thing first, kita menukarkan paris pass, magic card untuk keliling2 kota paris dengan hemat. Paris pass kita kali ini termasuk entry pass ke almost semua tempat yang kita mau kunjungi, metro pass (buat naik kereta), dan Hop on Hop Off City Tour Bus. Wohoo!! Super Excited!! At that time suhu -2 celcius bbbbrrrrrrr dan yang bikin tambah dingin adalah angin yang berhembus cukup kenceng. On the way ke Hop on Hop Off bus stop, kita mampir di local bakery, nyeruput kopi buat ngangetin badan and nyobain Eclairs yang gede-gede dan yummy.


Kalau makanan digedein fotonya hihihi
[Eiffel Tower & Arc de Triomphe]
What is that brown thing in the middle?
1st stop is the most famous icon of Paris, the mighty Eiffel tower.Spot pertama yang kita kunjungi adalah Eiffel tower. Turun dari bus langsung lari ke arah tower cari nice spot untuk foto-foto. Lari bukannya buru-buru atau apa, tapi karena kedinginan hehehehe. Jadilah kita ga kuat lama-lama disana hahahaha. Yang penting foto-foto after that kita langsung ke bus stop lagi nunggu hop on hop off bus untuk menuju ke next destination, ke Arc de Triomphe karena jaraknya berdekatan, bisa dibilang hampir satu kompleks. Bangunan itu sebenarnya adalah monument buat para pejuang revolusi perancis. Dibawahnya ada makam pahlawan tak dikenal dalam perang dunia I. 



Oh...Its my ugly travel bag...Ignore the bag
Setelah puas lihat-lihat, balik ke bus stop lagi, nah disinilah ada drama kecopetan. Jadi waktu itu ada segerombolan remaja berpura pura mencari sumbangan social dan meminta kita untuk menyumbang.  Pas kita lengah, mereka mengambil dompet adik ipar saya. Untungnya itu hanya dompet uang receh. Alhamdulillah banget, karena waktu itu kita sudah antisipasi, paspor, uang besar dan uang receh semua kita pisah-pisah dompetnya. Jadi kalau hilang satu tidak kehilangan semuanya. 


Pelajaran penting buat travellers, kalau sedang vacation do not talk to strangers, whom is not in your agenda or itinerary. Well, maybe kita bawaaannya pengen ramah sama semua orang, but believe me, when you are traveling, that is number 1 rule. Banyak kan cerita-cerita turis, maksudnya berbaik hati menolong, malah dimasukin cocain or drugs di koper dan banyak cerita yang lain (kebanyakan nonton acara TV locked up abroad). Tapi bener deh, don't be naive, karena It's about surviving in foreign land, be a smart traveller ya guys.

Trying Crepes at its homeland
Arc de Triomphe ini dekat dengan luxury shopping avenue Champs-Élysées. Well, saya tidak gemar shopping so we passed. But we tried one of its cafes for lunch. Saya coba menu crepes nya yang ternyata aslinya bertekstur lembek, tidak seperti crepes yang crunchy di Indonesia. Dengan perut happy, kita berangkat ke museum louvre naik bus lagi. 

[Pont de Arts (Love Bridge) - Louvre Museum]
Pont Des Arts "Bridge of Love"
Sebelum masuk louvre kita pengen mampir dulu ke Jembatan Pont de Arts alias jembatan gembok cinta. Jembatan itu jadi banyak gemboknya soalnya couple putting padlock there with a hope that their love will last. And I pondered, what makes love last to be exactly? Menurut saya, in order to lasts, we have to start with pure heart to love berdasarkan tanggung jawab kita pada Allah.  Saya sering mendengar pernyataan “Mencintai karena Allah”, and I truly didn’t know how to undertand it, let alone how to practice it. Hanya meaningless jargon for me. As I get older, saya mendapatkan kesempatan untuk memahami “jargon” itu, a little bit better. 


Well, semua orang tercinta yang ada di sekitar saya, ada, karena Allah yang amanahkan ke saya dengan jalanNYA yang terbaik. Mereka bukan hanya sekedar bapak, ibu, kakak, adik, suami dan seterusnya, tapi mereka adalah amanah Allah yang dipercayakan untuk ada di dalam hidup saya dan saya jelas bertanggung jawab ke Allah untuk menjaga amanah. Dengan memahami itu, tidak peduli apapun yang mereka lakukan, they can love me, or hate me or bash me or hurt me, I will still love them, without expecting anything in return. I love the quote of Mother Theresa, where indeed at the end of the day, is between Me & God. It was never between Me & Them only. So, indeed I am capable of Loving Unconditionaly. Yak, sekarang sudah paham, saatnya latihan melakukannya seumur hidup. Berat bingits.....

Habis foto-foto, kita jalan terus, nembus kaya gedung apa gitu, ga tahu namanya tapi bagus (Disini gedung ga ada yang jelek semuanya so artsy), sampailah di louvre museum. Masuk ke museum, ada 4 wing yang pengunjung bisa datangi dan it is very vast museum. Satu tujuan yang kudu kita lihat di Louvre adalah of course the famous monalisa painting. Mulailah kita ngikutin petunjuk ke hall dimana Monalisa disimpan. Sesampainya di hall itu, there she is, the famous smile, hung in the wall, protected in bulletproof glass. Suprisingly, ukurannya lukisannya ternyata kecil. Dan you know why it is famous? At that time, it is one of the first portraits to depict the sitter in front of an imaginary landscape, and Leonardo was one of the first painters to use aerial perspective



Him...Louvre's Entry at night

Monalisa...Monalisa...Men have named you....(It's small isn't?)

[Notre dame & Montmartre]
Notre dame's gorgeous exterior
Puas ngamatin all of those grandeur art piece di louvre, ga terasa udah sore banget. Kita buru-buru keluar, karena janjian sama teman yang tinggal di Paris. Spot janjiannya adalah di gereja Notre Dame. Akhirnya kita buru-buru, naik Hop on Hop Off bus lagi. Turun bus, berjalan ngedeketin gereja ini, detil diluar bagus banget. Ini adalah gereja yang jadi background tempat cerita Hunchback of Notredame by Victor Hugo. Kita bisa masuk dan melihat gereja dari dalam. Sebenarnya kita bisa naik ke menara gereja untuk lihat sekeliling paris, tapi teman menyarankan untuk kita cepet-cepet ke Montmartre Church aja to watch sunset dari sana. Well, okay then kita akhirnya langsung ke montmartre. 


Beautiful Sunsets at Montmartre


Ternyata, gereja itu istimewanya adalah terletak di bukit. Kita naik ke atas bukit, pakai semacam kereta gantung begitu (bisa jalan sih, tapi biar seru aja hehehehe). Diatas, kita mainly looking down to the city of paris as the sun sets, diiringi musik gitar yang dimainkan anak-anak muda yang hangout di tangga bukit. It is magical. It is reminder from the universe, even fading out can be beautiful too. So don’t worry, if you are fading out once and a while, you are still beautiful. Puas menikmati sunset yang romantis, kita jalan turun bukit. Di sepanjang jalan banyak toko suvenir, lumayan akhirnya kita bisa hunting oleh-oleh sekalian.


Sudah malam dan lapar, akhirnya kami pulang ke hotel, naik metro (kereta) bareng sama teman suami, sekalian kita ajak makan malam to thank her ditemenin jalan-jalan. Karena hari itu hari jumat, keretenya penuh banget. Dan apesnya, kita dapat drama copet lagi. Jadi modusnya sama sepert di angkutan umum Jakarta, pencopet sok2 naik, ndusel2 utk menjalankan aksinya. Untungnya teman kan memang tinggal disitu, jadi dia sudah tahu dan berasa tasnya dia dirogoh-rogoh sama si pencopet. Langsung dia ngomong in french sama pencopetnya, mengancam kalau pencopet terusin masukin tangan ke tas, teman saya akan teriak. Akhirnya pencopet membatalkan aksinya dan turun di next station. Fiuhhh ada-ada saja dramanya, Alhamdulillah kami selamat dari attempt #2 dari pencopet. Eh, bukannya nakut-nakutin ini lo…tapi sharing supaya yang lain bisa belajar dari pengalaman, dan lebih bisa mempersiapkan liburannya lebih baik…Semoga bermanfaat ya sharingnya untuk urusan satu inih hehehehe…


After having dinner, we said thank you and goodbye, naik ke kamar hotel dan tewas langsung dengan suksesnya hihihihi.

Day #2 Versailles Palace
2nd day, walaupun agak pegel, but we were looking forward to visit Versailles palace. Agak diluar kota sedikit, macam dari Jakarta ke Bogor gitu deh. Kita naik kereta lagi. Sebenarnya kita agak2 serem dengan pengalaman pencopetan kemarin, tapi karena ini adalah kereta antar kota, jadinya tidak ramai dan mostly turis semua jadinya aman. Sampai disana, dari depan, bangunan istana utamanya aja kelihatan besaaarr. Kebayang ga, itu masih ada taman yang gede banget dibelakangnya,  lalu kompleks residence kecil-kecil (ya nggak kecil juga actualnya) di sekitar nya. Besar banget total areal istana versailles itu. Masuk ke istana utama, basically itu museum untuk semua barang-barang kerajaan, ada tempat tidur actual Marie antoinette yang semuanya sulaman tangan sutra pola bunga mawar, literally bed of roses. Di belakang Istana utama, kita bisa melihat taman istana yang luas banget. Sayangnya bukan musim semi atau summer, jadi tamannya kurang maksimal, tapi tetap aja bagus. French people seperti terobsesi dengan ke-simetrisan. Semua hal di sana simetris. Bentuk taman simetris. Tinggi pohon di kota, di semua taman, semua sama (Jadi seems like ujungnya dibabat, untuk menyeragamkan tinggi pohon). Well, looking back historynya memang Negara yang dis-liking ketidaksetaraan. Well, this palace adalah salah satu saksi bisu revolusi perancis menggulingkan keluarga kerajaan yang bermewah-mewah sementara rakyatnya menderita. Jadi sejak saat itu, semua harus sama rata. Maybe, well that’s my opinion hehehehe.
Versailles' Gate

Marie Antoinette Bed Headboards

Symmetric height of trees














Symmetric Versailles' Gardens 

Muter-muter disana sudah seharian sendiri. Begitu hari menjelang jam 2-an kita lunch di sana dan menuju stasiun kereta untuk pulang ke city center of paris. 

Disana juga ada kejadian lucu, tapi sayang kalau ga dishare soalnya lucu. Adik Ipar dan suami pamit ke toilet, saya duduk di bench menunggu kereta. Dari tempat saya duduk, saya bisa melihat mereka berdiri bingung berdiri di depan pintu toilet. Saya heran, kenapa ga masuk2 sih? Setelah itu mereka tertawa terbahak-bahak dan akhirnya masuk ke toilet bergantian. 




Sekembalinya, mereka bercerita ke saya bahwa mereka baru ke toilet paling canggih. Pintu toliet hanya bisa dibuka dengan scan tiket kereta, dg kata lain kalau Anda bukan pemegang tiket kereta, Anda tidak bisa menggunakan toilet. Setelah itu, toilet itu self cleansed, begitu kita selesai memakai, menutup pintu toilet, otomatis pintu terkunci dan toilet membersihkan secara mandiri. Setelah bersih, baru next pengguna bisa masuk scanning tiket kereta mereka. Small things yang baru, inovatif dan lucu karena kita terbengong bengong hehehehe.




That's a wrap untuk adventure di paris. Overall ada beberapa catatan special buat saya di kota ini. Well, perjalanan kami waktu itu, memang cuma berselang 1.5 bulan after Charlie hebdo incident. Saya yang berhijab, sedikit sensing unique atmosphere there. Ada satu saat, saya di rest room, and some girls ga jadi masuk rest room after seing me inside. Atau di stasiun, kami duduk di bangku menunggu kereta, dan beberapa orang menjauh dan memilih pindah tempat duduk. BUUUUUTTTT, I dont mind at all. Karena saya juga sebenarnya introvert, what people say or do did not bother me much. For me, menurut saya, itu reaksi yang wajar muncul dari situasi dan rentang waktu tsb. We don’t have any control toward others mind or behavior. Kita pegang kendali towards our own mind and behavior. Therefore, I choose to be at peace and not be bothered. And I choose the most important thing, keep spreading love and kindness, show that we are at the same side against violence. We choose humanity better than being crushed by fear and miss-understanding yang disebarkan oleh beberapa oknum yang jelas-jelas is the real enemy of all of us.

As a wrap up. I love the city. It’s quiet, all people are in their own world of mind. So I can almost feel the serene atmosphere and  I was left in my own world of admiration toward the scenery, buildings and art. I can just simply sit in the corner of the city, sipping latte and day dreaming, and that will be enough. Au revoir Paris….

Love,

The Rover - Tyas

Sneak Peak : Beautiful cities of Italy

Hidden dungeons of colosseum





No comments:

Post a Comment