Monday, May 13, 2013

Bayi Tabung: 1st cycle

I hope, one day….My precious son or daughter, will have the opportunity to read this story. And feel nothing than our ultimate love for them.

15 February 2013

Pada tanggal itu, it was 5 days after I get negative result dari program bayi tabung yang saya jalani. Semuanya dimulai pada tanggal 14 Januari. Saya datang ke dokter dan menjalani pemeriksaan pertama untuk melihat berapa folikel yang berpotensi untuk berkembang. Setelah itu, saya mulai mendapatkan stimulasi lewat suntikan. Suntikan itu bertujuan untuk memperbanyak produksi sel telur yang berkualitas baik. Setiap 3 hari, saya harus bertemu dengan dokter, untuk memonitor perkembanga sel telur melalui USG, dan juga memonitor level hormon dengan cek darah.

Proses stimulasi itu ternyata lebih berat dari yang saya kira. Karena harus dilakukan di waktu dan dosisi tertentu. Sebenarnya suntikan boleh dilakukan sendiri, tetapi daripada salah, saya memilih untuk datang ke klinik dekat rumah dan meminta bantuan dokter praktek untuk menyuntikan obat tersebut. Saya merasa lelah dan mengantuk terus pada periode ini.

Pada tanggal 23 Januari, dokter melihat sel telur sudah berkembang cukup baik, sehingga obat suntik untuk menstimulasi ovulasi diberikan. 2 hari berikutnya saya dijadwalkan untuk melakukan prosedur ovum pick up, prosedur dimana sel telur saya diambil. I feel really happy. Mungkin saya merasa akhirnya saya melakukan usaha yang maksimal dari segi medis untuk menghadirkan buah hati ke dunia ini. Its quite a big step of dari bayi tabung.

Pada hari besar itu, saya berpuasa. Malam sebelumnya kami bermalam di hotel dekat klinik yasmin, karena kami harus berada di klinik pukul 7 pagi (dengan kondisi traffic jakarta its the best option). Prosedurnya sendiri mungkin sekitar 30-45 menit dalam kondisi terbius. Ini adalah pengalaman pertama saya dibius. Pada saat saya sadar, saya kira prosedurnya belum dilaksanakan padahal sudah selesai. Saya sama sekali tidak ingat kapan saya tertidur hihihihihi (very cool procedure). Hari itu sel telur yang diambil berjumlah 15 sel telur. Itu termasuk banyak. We are very happy, karena berarti semakin banyak probability kami akan mendapatkan embrio yang bisa ditransfer. Namun, saya sedikit was-was, karena dari referensi yang saya baca, saya beresiko mengalami sindrom hiperstimulasi (OHSS). Kira-kira itu adalah sakit yang diakibatkan ovarium kita terlalu terstimulasi memproduksi sel telur. Tapi saya tidak terlalu memikirkannya. Sel telur - sel telur tersebut akan segera dipertemukan dengan sel sperma dan akan berkembang menjadi embrio, dan pada saat yang tepat klinik akan menghubungi kami untuk proses transfer embrio.

Kira-kira 2 hari setelahnya, kami mendapatkan berita bahwa pada hari senin transfer embrio bisa dilaksanakan. We were so excited. Hari minggu, I was feeling okay, hanya sedikit kembung dan perut sedikit membesar. Saya tidur siang, tetapi pada saat terbangun saya merasakan sakit seperti ditusuk tusuk di sekitar punggung bagian kiri. Semakin sore, semakin memburuk. Mual dan muntah mengiringi karena sakitnya sangat tidak tertahankan. Akhirnya kami memutuskan untuk ke UGD klinik kami, sekitar jam 8 malam saya masuk UGD. Infus dan obat penghilang rasa sakit diberikan untuk saya. Kami memutuskan untuk bermalam saja di rumah sakit. Kekhawatiran akan kemungkinan pembatalan transfer embrio di hari senin membayangi kami malam itu.

Hari Senin pagi, dokter datang dan memeriksa saya lewat USG dan kekahawatiran saya di awal benar, saya terkena OHSS, untungnya masih termasuk mild-moderate level. Dokter menanyakan ingin tetap melaksanakn embrio transfer atau ditunda. Saya bertanya apa pro dan cons nya melakukan embrio transfer dengan kasus OHSS seperti saya. Dokter berkata, Cons-nya, kalau kehamilan terjadi, sakitnya akan berlipat ganda dari sekarang, tetapi tidak life threthening. Pro nya, embrio nya fresh sehingga kemungkinan implantasi terjadi sangat tinggi. Karena tidak life threthening, saya pikir proceed saja. Kalau sakit bisa ditahan dan bisa diberi pengurang rasa sakit, its fine with me. Its already a battle anyway.

Sekitar 2.30 sore, dokter memperlihatkan ke kami our 7 beautiful embryos, calon buah hati kami. Saya kaget dengan emosi yang muncul, melihat calon bayi saya floating around dalam bentuk sel-sel berbentuk seperti bunga, saya berpikir "Sel itu dibuat dari sebagian diri saya. Sel itu hidup, mereka berkembang. Its not an 'IT', itu 'He or She', my little embryos". Saya merasa attachment pada saat itu juga. I love them dearly. Kami meminta 3 embrio untuk ditransfer, tetapi dokter prefer 2 saja untuk meminimalisir multiple pregnancy, karena faktor OHSS yang saya alami. Kamipun setuju.

Pada saat pelaksanaan prosedur tersebut, saya berbaring di meja operasi. Punggung kiri saya sakit sekali, saya berusaha untuk tidak membuat perut saya berkontraksi, tidak muntah dan bernafas normal. Saya bisa melakukan semua itu, tapi air mata keluar tanpa bisa dikontrol saking sakitnya. Saya coba mengalihkan perhatian saya melihat flat screen TV dimana terlihat 2 embrio saya disedot ke sebuah selang suntik, dan ahli embriologi menyerahkan selang suntik itu ke dokter. Dan dokter memasukkan 2 embrio itu ke dalam rahim saya, dan di monitor USG terlihat seperti 2 titik putih melayang di rahim saya. My embryos already inside me. Alhamdulillah. We stay another night at the hospital. And on Tuesday afternoon we can bring them home.

Dimulailah 2 minggu masa penantian untuk melihat apakah My embryos menempel di rahim saya atau tidak. Saya mengurangi kegiatan keluar rumah, sebanyak mungkin beristirahat, memakan makanan sehat dan  most important thing is I pray to Allah. Karena hanya dengan Kehendak-Nya lah mereka bisa berkembang di rahim saya atau tidak. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh manusia di tahap ini, Allahu Akbar. Sholat, berdzikir dan bahkan mengajak embrio-ku untuk berdzikir bersama. Semua makhluk-Nya pasti bisa mengucapkan Nama-Nya. Semoga embrio-ku berkembang dan semua sel yang membelah melantunkan Nama-Nya. Setiap hari, saya merasa, saya seperti memohon langsung pada-Nya. Seperti merasa mengangkat this little and weak hands langsung pada tangan-Nya yang maha perkasa, mohon ridha-Nya. Human is nothing. We are nothing. Saya merasa mengenal Allah dengan lebih baik dengan pengalaman ini. I love Him more than ever.

2 minggu berlalu, tetapi saya tidak merasakan apapun. Saya mulai browsing di internet mencari tanda-tanda fisik apa yang harusnya saya rasakan apabila implantasi terjadi. Saya mulai khawatir, karena saya tidak merasakan tanda-tanda apapun. Saya hanya bisa kembali ke Allah, dan berusaha berserah diri dengan segala kehendak-Nya.

 11 Februari 2013, 2 minggu setelah transfer embrio. Its time. Kita datang ke klinik, untuk cek darah berusaha mendeteksi apakah hormon kehamilan diproduksi, yang menjadi indikator kehamilan. Di ruang tunggu menunggu hasil, saya berusaha menenagkan hati dan pikiran dengan membaca yasin dan doa-doa. Ruangan tunggu dokter hari itu terasa lebih dingin dari biasanya, it must be my nerves. Suster memanggil dan memberikan hasil lab di amplop tertutup, meminta kita untuk menunggu di depan ruang dokter. Saya tidak membukanya, saya duduk di kursi paling ujung di depan ruang praktek dokter. Saya menarik nafas panjang dan membuka amplopnya......Saya melihat hasilnya....angkanya rendah yang artinya tidak terjadi kehamilan.....Saya tutup lagi amplopnya, dan meminum air putih dari botol aqua yang saya bawa, berharap itu akan menghilangkan rasa sakit di kerongkongan karena menahan tangis.

Dokter memberitahukan berita itu dengan suara pelan dan hati-hati. Kerongkongan saya semakin tercekat, dan saya meminum air dari botol aqua itu lagi, mencoba menghilangkan cekatan di kerongkongan itu (Aqua is my savior if i recall that day). Dokter mengatakan bahwa kemungkinan obat yang diberikan untuk mengatasi OHSS saya mengganggu proses implantasi. Dokter meminta kita untuk mencoba dengan embrio yang tersisa in the next 2-3 months. Saya tidak menanyakan apapun karena saya sibuk menahan air mata. Begitu keluar dari ruang dokter, air mata itu tumpah. I was mourning. I felt, I lost my embryos that could have been my baby. I lost a part of me..... 

Suamiku mencoba menghiburku, dengan membawaku ke spa, fancy restaurant, went to movies. I appreciate it. Tetapi setiap mata terpejam, air mata turun padahal saya tidak ingin menangis. Setiap sholat selalu menangis lagi. Mata seperti ikan koki berhari-hari. Saya kembali pada-Nya lagi. Saya yakin Dia menjawab doa saya, tapi saat ini saya tidak memahami jawaban-Nya untuk saya. Saya hanya berharap suatu saat nanti saya mengerti apa yang Dia katakan lewat ketetapan-Nya. Sampai dengan waktu itu tiba, yang bisa saya lakukan hanya melanjutkan hidup dengan segala yang ada.  

Menunggu 2-3 bulan untuk melalukan Frozen Embryo Transfer......

No comments:

Post a Comment