I hope, one day….My precious son or daughter, will have the opportunity to read this story. And feel nothing than our ultimate love for them.
15 February 2013
Pada tanggal itu, it was 5 days after I get negative result dari program bayi tabung yang saya jalani. Semuanya dimulai pada tanggal 14 Januari. Saya datang ke dokter dan menjalani pemeriksaan pertama untuk melihat berapa folikel yang berpotensi untuk berkembang. Setelah itu, saya mulai mendapatkan stimulasi lewat suntikan. Suntikan itu bertujuan untuk memperbanyak produksi sel telur yang berkualitas baik. Setiap 3 hari, saya harus bertemu dengan dokter, untuk memonitor perkembanga sel telur melalui USG, dan juga memonitor level hormon dengan cek darah.
Hari Senin pagi, dokter datang dan memeriksa saya lewat USG dan kekahawatiran saya di awal benar, saya terkena OHSS, untungnya masih termasuk mild-moderate level. Dokter menanyakan ingin tetap melaksanakn embrio transfer atau ditunda. Saya bertanya apa pro dan cons nya melakukan embrio transfer dengan kasus OHSS seperti saya. Dokter berkata, Cons-nya, kalau kehamilan terjadi, sakitnya akan berlipat ganda dari sekarang, tetapi tidak life threthening. Pro nya, embrio nya fresh sehingga kemungkinan implantasi terjadi sangat tinggi. Karena tidak life threthening, saya pikir proceed saja. Kalau sakit bisa ditahan dan bisa diberi pengurang rasa sakit, its fine with me. Its already a battle anyway.
Sekitar 2.30 sore, dokter memperlihatkan ke kami our 7 beautiful embryos, calon buah hati kami. Saya kaget dengan emosi yang muncul, melihat calon bayi saya floating around dalam bentuk sel-sel berbentuk seperti bunga, saya berpikir "Sel itu dibuat dari sebagian diri saya. Sel itu hidup, mereka berkembang. Its not an 'IT', itu 'He or She', my little embryos". Saya merasa attachment pada saat itu juga. I love them dearly. Kami meminta 3 embrio untuk ditransfer, tetapi dokter prefer 2 saja untuk meminimalisir multiple pregnancy, karena faktor OHSS yang saya alami. Kamipun setuju.
Pada saat pelaksanaan prosedur tersebut, saya berbaring di meja operasi. Punggung kiri saya sakit sekali, saya berusaha untuk tidak membuat perut saya berkontraksi, tidak muntah dan bernafas normal. Saya bisa melakukan semua itu, tapi air mata keluar tanpa bisa dikontrol saking sakitnya. Saya coba mengalihkan perhatian saya melihat flat screen TV dimana terlihat 2 embrio saya disedot ke sebuah selang suntik, dan ahli embriologi menyerahkan selang suntik itu ke dokter. Dan dokter memasukkan 2 embrio itu ke dalam rahim saya, dan di monitor USG terlihat seperti 2 titik putih melayang di rahim saya. My embryos already inside me. Alhamdulillah. We stay another night at the hospital. And on Tuesday afternoon we can bring them home.
Dimulailah 2 minggu masa penantian untuk melihat apakah My embryos menempel di rahim saya atau tidak. Saya mengurangi kegiatan keluar rumah, sebanyak mungkin beristirahat, memakan makanan sehat dan most important thing is I pray to Allah. Karena hanya dengan Kehendak-Nya lah mereka bisa berkembang di rahim saya atau tidak. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh manusia di tahap ini, Allahu Akbar. Sholat, berdzikir dan bahkan mengajak embrio-ku untuk berdzikir bersama. Semua makhluk-Nya pasti bisa mengucapkan Nama-Nya. Semoga embrio-ku berkembang dan semua sel yang membelah melantunkan Nama-Nya. Setiap hari, saya merasa, saya seperti memohon langsung pada-Nya. Seperti merasa mengangkat this little and weak hands langsung pada tangan-Nya yang maha perkasa, mohon ridha-Nya. Human is nothing. We are nothing. Saya merasa mengenal Allah dengan lebih baik dengan pengalaman ini. I love Him more than ever.
2 minggu berlalu, tetapi saya tidak merasakan apapun. Saya mulai browsing di internet mencari tanda-tanda fisik apa yang harusnya saya rasakan apabila implantasi terjadi. Saya mulai khawatir, karena saya tidak merasakan tanda-tanda apapun. Saya hanya bisa kembali ke Allah, dan berusaha berserah diri dengan segala kehendak-Nya.
Dokter memberitahukan berita itu dengan suara pelan dan hati-hati. Kerongkongan saya semakin tercekat, dan saya meminum air dari botol aqua itu lagi, mencoba menghilangkan cekatan di kerongkongan itu (Aqua is my savior if i recall that day). Dokter mengatakan bahwa kemungkinan obat yang diberikan untuk mengatasi OHSS saya mengganggu proses implantasi. Dokter meminta kita untuk mencoba dengan embrio yang tersisa in the next 2-3 months. Saya tidak menanyakan apapun karena saya sibuk menahan air mata. Begitu keluar dari ruang dokter, air mata itu tumpah. I was mourning. I felt, I lost my embryos that could have been my baby. I lost a part of me.....
Suamiku mencoba menghiburku, dengan membawaku ke spa, fancy restaurant, went to movies. I appreciate it. Tetapi setiap mata terpejam, air mata turun padahal saya tidak ingin menangis. Setiap sholat selalu menangis lagi. Mata seperti ikan koki berhari-hari. Saya kembali pada-Nya lagi. Saya yakin Dia menjawab doa saya, tapi saat ini saya tidak memahami jawaban-Nya untuk saya. Saya hanya berharap suatu saat nanti saya mengerti apa yang Dia katakan lewat ketetapan-Nya. Sampai dengan waktu itu tiba, yang bisa saya lakukan hanya melanjutkan hidup dengan segala yang ada.